Mainan batu bata dari plastik yang kondang di seluruh dunia, LEGO,
dianggap cukup positif karena mampu merangsang kreativitas anak usia
dini. Tetapi ternyata LEGO juga punya produk yang layak dimainkan orang
dewasa. Di ajang CES 2013, LEGO memperkenalkan Mindstorms EV3, robot
canggih dari bata LEGO yang dapat diprogram — tanpa perlu bantuan
komputer.
Robot
versi terbaru ini mengandalkan prosesor ARM9, memori flash 16MB dan RAM
64GB serta slot SD card. Ini peningkatan yang cukup baik dibandingkan
versi terdahulu yang mengusung prosesor ARM7 dan tanpa opsi untuk
menambah memori eksternal. Sedangkan jumlah “bata” dengan sensor yang
dapat dihubungkan kini menjadi empat “bata”.
Unit
EV3 yang memuat prosesor ini juga telah dilengkapi sensor sentuh, motor
dan sensor infra merah. Dengan bantuan sensor tersebut, robot LEGO akan
dapat memberi respons sesuai perintah. Misalnya, robot Reptar akan
melakukan gerakan menggigit jika EV3 mendeteksi tangan Anda berada di
depannya. Saat ini, ada 17 desain robot yang bisa Anda bangun.
Selanjutnya jumlah tersebut akan meningkat.
Di
sisi software, LEGO bekerjasama dengan Autodesk untuk menghadirkan
aplikasi instruksi 3D sehingga pengguna dapat memutar dan memperbesar
instruksi pembangunan. Selain itu, Anda bisa mengendalikan EV3 dari
iPhone, iPad atau perangkat Android, menggunakan koneksi Bluetooth yang
sudah tertanam.
Mindstorms
EV3 ditujukan bagi anak-anak usia 10 tahun ke atas, walaupun
kecanggihannya juga akan menarik para orang dewasa untuk membangun
robotnya sendiri. Rencananya, LEGO baru akan memasarkan Mindstorms EV3
di pertengahan tahun 2013 dengan harga $349. Tertarik?
Minggu, 27 Januari 2013
Lego Mindstorms EV3: Platform Robot Dengan Dukungan Android & iOS
Diposting oleh Firrizqi Pratama pukul 20.22.00 0 komentar
Label: Info Menarik, News, Teknologi Informasi
Speaker Wireless Cloud Pertama Di Dunia
OD-11 mungkin terasa asing di telinga Anda. Namun nama speaker itu cukup
terkenal di tahun ’70-an di Eropa. OD-11 hadir pertama kali tahun 1974
dan dirancang oleh seseorang asal Swedia bernama Stig Carlsson. Kala
itu, kebanyakan speaker dibuat untuk dinikmati di ruang khusus dengan
peredam suara untuk mendapatkan hasil suara yang terbaik.OD 11
Pada
masanya, OD-11 khusus dirancang untuk digunakan di ruang lebih terbuka
seperti ruang keluarga atau ruangan berukuran besar. Konsep ini lebih
praktis mengingat pengguna tidak perlu lagi menggunakan lapisan peredam
untuk mengisolasi suara di dalam ruangan tapi tetap mendapatkan suara
audio yang maksimal. Ketika pertama kali dirilis, OD-11 berhasil
menyandang predikat “the most affordable HiFi speaker” dan dalam waktu
singkat menjadi ikon speaker audio di Swedia pada saat itu.
Di
CES 2013, Teenage Engineering dan Stig Carlsson Foundation mencoba
“menghidupkan” kembali OD-11 dalam kemasan teknologi yang lebih modern.
Hasilnya memang cukup mengagumkan. Dari segi kemasan, speaker ini
berbentuk seperti kubus 10 liter yang bersih dan bebas dari berbagai
tombol pengaturan yang ditemukan di speaker kebanyakan. Minimalis dan
elegan menjadi tema desain cantiknya.
Di dalamnya tertanam sebuah
amplifier berkekuatan 100W, subwoofer, prosesor suara, dan neodymium
cone tweeter yang mampu menghasilkan suara pada rentang frekuensi
28-24.000 Hz. Speaker ini juga dilengkapi dengan modul Wi-Fi yang
mendukung penuh fitur cloud yang memungkinkan Anda untuk memutar seluruh
koleksi lagu yang tersimpan di Cloud dengan suara yang sempurna dan
minim distorsi.
Dilihat dari desainnya yang tanpa tombol, mungkin
Anda bertanya-tanya bagaimana cara mengoperasikan speaker ini. Untuk
mempermudah navigasi sambil tetap mempertahankan desainnya yang
minimalis, Teenage Engineering merancang sebuah remote control
berteknologi Bluetooth yang diberi nama Ortho Remote.
Ortho
remote yang berbentuk bundar ini hanya membutuhkan sebuah baterai
kancing yang mampu bertahan hingga satu tahun. Bagian belakangnya juga
dilengkapi dengan magnet agar Anda dapat bebas menempelkannya di atas
permukaan OD-11 atau di tempat lain selama masih terhubung dengan
koneksi Bluetooth.
Jika berminat, OD-11 akan mulai tersedia sekitar kuartal kedua tahun 2013 dengan perkiraan harga $800 (sekitar Rp7,7 juta).
Diposting oleh Firrizqi Pratama pukul 20.21.00 0 komentar
Label: Info Menarik, News, Teknologi Informasi
Sony Umumkan Xperia Tablet Z, Tablet Tertipis di Dunia
Setelah mengumumkan Xperia Z di CES 2013, Sony Mobile kembali memberi
kejutan menyenangkan. Kali ini giliran produk tablet yang kebagian jatah
produk baru di awal tahun 2013. Sony mengumumkan kehadiran tablet
terbarunya, Xperia Tablet Z.
Xperia Tablet Z adalah tablet
Android 4.1 dengan layar 10 inci Full HD (resolusi 1920x1200 pixel). Di
atas kertas, kinerjanya seharusnya cukup handal dengan adanya prosesor
quad-core 1,5GHz. Di bagian belakang, penggunanya akan disuguhi kamera 8
MP yang inovatif. Di mana inovasinya? Sony Xperia Z
Menurut
Sony, inilah kamera pertama dengan sensor CMOS BSI (Back-Side
Illuminated) yang ada di tablet. Dengan bekal sensor ini, Sony
sepertinya akan mempromosikan kemampuan fotografi Tablet Z, terutama
untuk kondisi remang-remang.
Tapi yang paling mengagumkan, Xperia
Tablet Z hadir dalam bodi setebal 6,9 mm. Ini menjadikannya sebagai
tablet tertipis di dunia saat ini, lebih tipis dibandingkan iPad Mini
(7,2 mm). Sony juga mengklaim bahwa tablet ini tahan air dan tahan debu,
suatu hal yang jarang ditemukan di kebanyakan tablet yang ada saat ini.
Fitur
menarik lainnya adalah S-Force Front Surround 3D yang memberikan efek
suara surround virtual, serta dukungan LTE dan NFC. Mengingat Sony baru
mengumumkan Xperia Tablet Z untuk pasar Jepang, ada kemungkinan
beberapa spesifikasi akan berubah untuk negara lain.
Sony Xperia
Tablet Z juga tersedia dalam pilihan warna hitam dan putih. Belum ada
harga, tapi sepertinya tablet ini akan dijual sekitar Rp5 jutaan.
sumber : http://id.berita.yahoo.com/blogs/jagat-pintar/sony-umumkan-xperia-tablet-z-tablet-tertipis-di-dunia-084850723.html
Diposting oleh Firrizqi Pratama pukul 20.18.00 0 komentar
Label: Info Menarik, News, Teknologi Informasi
Gletser Andes Mencair Terlalu Cepat
Oleh Stephanie Pappas, Penulis Senior LiveScience | LiveScience.com
Gletser di Pegunungan Andes melemah pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam tiga puluh tahun terakhir.
Kesimpulan
tersebut diambil berdasarkan rincian penelitian terbaru yang
menggabungkan penelitian di lapangan dengan foto satelit dan udara,
catatan sejarah dan masa inti es yang diambil dari gletser. Kondisi
tersebut lebih buruk di Andes dibandingkan rata-rata menyusutnya gletser
di seluruh dunia, demikian laporan para peneliti pada 22 Januari dalam
jurnal “The Cryosphere”.Foto: LiveScience (Giulia Curatola, Philipps-Universität Marburg, distributed by the EGU)"Gletser
di Tropical Andes telah menghilang rata-rata antara 30-50 persen
(tergantung pada rentang pegunungan) dari permukaannya sejak akhir
70-an," menurut pengamatan peneliti Antoine Rabatel, ilmuwan dari
Laboratory for Glaciology and Environmental Geophysics di Grenoble,
Prancis, dalam sebuah email kepada LiveScience.
Gletser sensitif
Pegunungan
Andes di Amerika Selatan adalah tempat 99 persen gletser tropis, yakni
sungai es permanen di ketinggian yang cukup tinggi, yang tidak akan
terpengaruh oleh jenis suhu sejuk yang biasanya ada di daerah tropis.
Meski demikian, Rabatel mengatakan, gletser sangat sensitif terhadap
perubahan iklim, karena ada sedikit musim daerah tropis.
"Gletser
di Andes tropis bereaksi keras dan lebih cepat daripada gletser lain di
Bumi untuk setiap perubahan kondisi iklim," katanya.
Untuk
mengumpulkan cerita dari gletser selama berabad-abad lalu, Rabatel dan
rekan-rekannya menggunakan data berbeda. Catatan sejarah dari permukim
awal menunjukkan batas-batas gletser, seperti halnya data inti es yang
diambil dengan cara pengeboran ke dalam lapisan es tahunan yang
membentuk gletser.
Bahkan lumut (organsisme simbiosis yang
berasal dari jamur dan ganggang atau bakteri) yang bertahan hidup pada
bebatuan, atau moraine, yang terbentuk di sekitar gletser memiliki kisah
yang menarik. Peneliti dapat menggunakan lumut tersebut untuk
menentukan berapa lama batu tertutup dan terbebas dari es.
Foto
udara pada 1950-an dan pencitraan satelit dari era 1970-an juga melacak
gerakan gletser. Akhirnya, pengamatan berbasis darat dan langsung
dilakukan pada banyak gletser sejak 1990-an.
Pelemahan Gletser
Semua
data mengungkapkan kisah es yang mencair. Gletser Andes mencapai luas
maksimal dalam zaman Little Ice Age, sebuah periode pendinginan yang
berlangsung dari sekitar abad 16 hingga 19. Di daerah tropis luar Peru
dan Bolivia, gletser mencapai titik maksimal mereka pada 1600-an,
menurut temuan para peneliti. Gletser tertinggi Andean mencapai maksimal
pada 1730-an atau sekitar itu, sedangkan gletser elevasi yang lebih
rendah mencapai puncaknya sekitar 1830-an.
Sejak itu, gletser
secara bertahap melemah, dengan periode mencair yang cepat pada 1800-an
dan yang kedua, jauh lebih besar, di periode pencairan yang cepat dalam
tiga dekade terakhir. Sejak 1970-an, gletser mengikuti pola periode
pencairan yang lebih cepat dalam jarak dua sampai tiga tahun, di antara
pelemahan yang lebih lambat dan sesekali bertambah (atau tumbuh).
Rata-rata keseluruhan adalah negatif secara permanen selama 50 tahun
terakhir, tulis para peneliti.
Rata-rata es yang menghilang
antara 30-50 persen bervariasi dari gletser ke gletser, tutur Rabatel.
Beberapa gletser kecil benar-benar telah menghilang, seperti gletser
Chacaltaya di Bolivia, yang dulunya resor ski tertinggi di dunia, namun
menghilang pada 2009.
Gletser dengan ketinggian yang lebih rendah
dari 5400 meter di atas permukaan laut mencair dua kali lebih cepat
dari gletser yang lebih tinggi. Gletser-gletser rendah ini, yang
membentuk mayoritas gletser Andes, diperkirakan akan punah dalam
beberapa tahun atau dekade ke depan, tutur Rabatel.
Curah hujan
di wilayah tersebut tidak berubah, menurut temuan para peneliti, namun
suhu meningkat hampir 0,2 derajat Fahrenheit (0,1 derajat Celsius) per
dekade selama 70 tahun terakhir. Hal itu berarti panas atmosfer membuat
gletser melemah.
Hilangnya gletser yang terus meningkat adalah
masalah utama bagi masyarakat yang tinggal di daerah barat Andes yang
kering, tutur Rabatel.
"Pasokan air dari rangkaian pegunungan
gletser yang tinggi penting untuk konsumsi pertanian dan domestik, serta
untuk pembangkit listrik tenaga air," tulisnya.
Diposting oleh Firrizqi Pratama pukul 20.16.00 0 komentar
Label: Info Menarik, News
Bisakah Ibu Pengganti Melahirkan Bayi Neanderthal?
Oleh Marc Lallanilla | LiveScience.com
Dalam sebuah wawancara
kontroversial, seorang profesor genetika Harvard terpandang menyatakan
“perempuan yang mempunyai jiwa petualang tinggi” suatu hari nanti bisa
menjadi ibu pengganti (surrogate mother) untuk bayi kloning Neanderthal.
Selain
mengatakan bahwa kloning bayi Neanderthal akan mungkin terwujud, George
Church mengatakan kepada majalah Der Spiegel bahwa menggunakan sel
induk untuk membuat Neanderthal bisa memiliki manfaat yang signifikan
bagi masyarakat. “Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mengurutkan
genom Neanderthal, dan itu sebenarnya telah dilakukan,” ujar Church .“Langkah
berikutnya yaitu memotong genom menjadi, katakanlah, 10.000 potongan
dan kemudian... mengumpulkan semua potongan tersebut dalam sel induk
manusia, yang akan memungkinkan Anda untuk akhirnya membuat tiruan
Neanderthal,” ujar Church kepada Der Spiegel.
Para ilmuwan
menyelesaikan urutan pertama dari genom Neanderthal pada 2010, menemukan
bukti genetik yang menunjukkan nenek moyang manusia modern itu berhasil
melakukan perkawinan silang dengan Neanderthal, setidaknya
kadang-kadang hal itu terjadi. Penelitian terbaru menunjukkan DNA
Neanderthal merupakan penyusun 1 sampai 4 persen dari genom manusia
Eurasia modern.
Manfaatnya, menurut Church , termasuk
peningkatan keragaman genetik. “Satu hal yang buruk bagi masyarakat
adalah keragaman yang rendah,” ujar Church. “Jika Anda menjadi
monokultur, Anda memiliki risiko kepunahan yang besar. Oleh karena itu
penciptaan ulang dari Neanderthal akan menjadi upaya utama menghindari
risiko sosial tersebut.”
Dalam bukunya “Regenesis: How Synthetic
Biology Will Reinvent Nature and Ourselves” (Basic Books, 2012), Church
menulis, “Jika masyarakat menjadi nyaman dengan kloning dan melihat
nilai dalam keragaman manusia yang sejati, maka seluruh makhluk
Neanderthal bisa dikloning oleh simpanse sebagai ibu pengganti — atau
oleh perempuan yang berjiwa petualang tinggi.”
Church mengatakan
dalam wawancara lain bahwa ia tidak menganjurkan untuk kelahiran bayi
dari ibu pengganti manusia Neanderthal dalam waktu dekat, tetapi orang
harus mulai membahas ide tersebut hari ini sehingga kita sudah siap
untuk masa depan. Meski begitu, para ilmuwan lain mengatakan gagasannya
bukan hanya bermasalah dalam hal etika, tetapi secara ilmiah tidak
mungkin dilakukan di masa mendatang.
Etika kloning manusia
Tidak semua orang setuju dengan minat Church dalam kloning Neanderthal, mengingat isu-isu etis yang terlibat di dalamnya.
“Saya
menganggap tidak adil untuk menempatkan orang-orang... ke dalam situasi
yang membuat mereka merasa dihina dan takut,” ujar ahli etika biologi
Bernard E. Rollin dari Colorado State University di Fort Collins kepada
koran The Independent.
Ada juga kemungkinan bayi Neanderthal akan
kekurangan kekebalan terhadap penyakit menular kontemporer, dan oleh
karena itu tidak akan mungkin bertahan hidup, menurut laporan
Independent. Neanderthal, kerabat genetik terdekat manusia yang
diketahui, meninggal sekitar 30.000 tahun yang lalu. Namun penelitian
terbaru menunjukkan bahwa Neanderthal dan manusia yang punah lainnya
seperti Denisovan mungkin telah dikaruniai beberapa manusia dengan
sistem kekebalan tubuh yang kuat.
“Dengan mengesampingkan isu-isu
etis di balik penciptaan satu-satunya spesies yang tersisa dari manusia
yang telah punah, ditakdirkan untuk menjadi orang aneh di bawah
mikroskop selebritas... Saya harus mempertanyakan pendapat Dr Church,
benarkah akan semudah itu untuk mengkloning Neanderthal,” ujar Alex
Knapp dalam Forbes.
“Mamalia lain telah dikloning. Tapi dengan
sejumlah masalah. Hasil kloning sering mengalami sejumlah masalah
kesehatan,” ujar Knapp. “Misalnya, domba kloning pertama, Dolly, adalah
salah satu dari 29 embrio kloning. Dia satu-satunya yang bertahan
hidup.”
Setiap ibu pengganti yang dipilih untuk melahirkan klon
Neanderthal juga mungkin akan menderita, ujar Knapp. “Kenyataannya
adalah bahwa keberhasilan akan membutuhkan puluhan wanita — banyak di
antaranya hampir pasti mengalami trauma keguguran dan bayi yang
meninggal dalam kandungan yang tampaknya tak terelakkan dalam hal
kloning.”
Apakah komentar Church disalahartikan?
Pernyataan
Church dalam wawancara dengan Der Spiegel banyak dipelintir, menurut
beberapa pengamat. “Selalu ada bahaya ketika orang mengutip satu
komentar kecil dan melebih-lebihkannya,” ujar John Hawks, profesor
antropologi biologi di University of Wisconsin-Madison, pada
LiveScience.
“Dia benar-benar berbicara tentang fiksi ilmiah,”
ujar Hawks mengenai komentar Church, dan menambahkan bahwa dengan
teknologi saat ini, kloning dari spesies yang telah lama punah adalah
“benar-benar mustahil.”
“Kami masih sangat jauh untuk bisa
mengambil informasi DNA dan membuat sebuah sel hidup dari itu,” ujar
Hawks. Dan meski kloning dan melahirkan kembali hewan punah dan manusia
terdengar menarik, itu bukan prioritas ilmiah. “Itu hanya untuk
menangkap imajinasi publik, tapi tidak ada yang berencana demikian,”
ujar Hawks.
“Kita bisa melakukan banyak hal daripada kloning dan
menghidupkan kembali spesies yang sudah punah,” ujar Hawks. “Jika kita
bisa mengkloning Neanderthal, kita bisa mengatasi seluruh kelainan
genetik yang dimiliki manusia,” ujar Hawks, mengacu pada teknologi dan
kemajuan yang diperlukan untuk mencapai kedua hal tersebut.
Church
sendiri telah menjauhkan diri dari hiruk-pikuk media tentang komentar
Neanderthalnya. “Kisah nyata di sini adalah bagaimana cerita-cerita ini
telah menyebar dan berubah dengan cara yang berbeda,” ujar Church pada
Boston Herald. “Saya yakin kita pada akhirnya akan menyelesaikan masalah
tersebut.”
“Saya tentu tidak menganjurkan hal itu,” ujar Church.
“Saya mengatakan, jika secara teknis sudah memungkinkan suatu hari
nanti, kita harus mulai membicarakan tentang hal itu hari ini.”
Diposting oleh Firrizqi Pratama pukul 20.16.00 0 komentar
Label: Info Menarik, News